Peserta rapat itu saling berdebat. Mengemukakan argumentasinya masingmasing. Suasana memang sedikit tegang, terutama menyangkut syarat-syarat pemilihan Ketua Ikapi DKI Jakarta. Namun di balik ketegangan yang ada, sejatinya para peserta rapat lima tahunan itu punya sebuah tujuan yang sama. Mereka menginginkan “Musyawarah Daerah” itu membawa perubahan yang baik bagi dunia perbukuan Indonesia, khususnya bagi para penerbit yang berada di Jakarta.
Di balik riuh rendah proses pemilihan ketua, Musyawarah Daerah (Musda) sejatinya adalah momentum yang pas untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama lima tahun ke belakang. Langkah-langkah apa saja yang dianggap tepat, dan tindakantindakan apa saja yang perlu perbaikan oleh organisasi. Dan itu baik bagi kemajuan Ikapi DKI Jakarta, yang merupakan asosiasi yang beranggotakan para penerbit di Jakarta.
Evaluasi dibutuhkan supaya ada dasar pijakan yang benar bagi asosiasi dalam menentukan strategi, tindakan, dan langkah-langkah operasionalnya untuk lima tahun mendatang. Apalagi saat ini dunia perbukuan Indonesia sedang mengalami kondisi turbulensi. Maraknya penggunaan internet, riuhnya kehidupan politik Indonesia, menjamurnya hoax, ketidakpastian situasi ekonomi, dan maraknya penggunaan media sosial adalah situasi yang perlu disikapi dengan baik dan benar.
Penyikapan yang baik dan benar memang menjadi penting, supaya para penerbit awas, waspada, dan peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sebab, bagaimana pun perubahan adalah keniscayaan. Kita tidak mungkin menolak perubahan. Kita hanya bisa berpikir positif, bertindak tepat, dan menjadikan perubahan itu bukan sebagai ancaman tetapi sebagai peluang. Jika ini yang dilakukan maka dunia perbukuan Indonesia, bukan hanya mampu bertahan tetapi akan maju dan berkembang.
Maraknya penggunaan internet pun tidak disikapi dengan ketakutan tetapi melahirkan gagasan dan tindakan baru. Internet, khususnya media sosial ternyata telah memungkinkan kegiatan promosi menjadi murah, daya jangkau pemasaran menjadi luas, dan memunculkan sumber pernaskahan baru bagi lahirnya sebuah buku. Dan itu adalah berkah baru bagi dunia perbukuan Indonesia.
Mungkin benar kata sebuah pepatah, “Payung tidak dapat menghentikan hujan, tapi membuat kita bisa berjalan menembus hujan untuk mencapai tujuan.” Pepatah itu menegaskan bahwa dalam kondidi seburuk apa pun selalu saja ada yang bisa dilakukan. Bahkan, kita bisa mendapatkan peluang-peluang baru. Apalagi, dunia perbukuan sejatinya adalah dunia kreatif. Dalam dunia kreatif selalu memunculkan adagium dalam kondisi kepepet pun selalu ada ide, gagasan, dan tindakan baru. Salam perbukuan. (HK)