Di tengah lesunya kondisi ekonomi secara global pada tahun 2016, PT Pustaka Abdi Bangsa (PAB), brand dari Republika Penerbit, sukses mempertahankan pasar dan bahkan mengalami pertumbuhan hingga 47 persen (year on year/yoy) dibandingkan tahun 2015. Hal itu disampaikan Direktur Pustaka Abdi Bangsa, Arys Hilman Nugraha kepada wartawan Warta Buku, Syahruddin E, di Jakarta.
Arys menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir (2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016), Republika Penerbit mengalami pertumbuhan yang sangat positif. “Pada tahun 2013/2014, Republika Penerbit mengalami pertumbuhan sekitar 35 persen dari tahun 2012/2013, tahun 2014/2015 tumbuh 42 persen, dan tahun 2015/2016 tumbuh sebesar 47 persen,” ujarnya. Ia berharap, kondisi ekonomi saat ini segera pulih sehingga pertumbuhan Republika Penerbit juga terus meningkat. “Kita akui, tantangan semakin berat, apalagi pemerintah hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 5,1 persen. Buku, khususnya, bukanlah barang pokok (utama). Namun dibandingkan dengan penerbit lain, yang mengalami penurunan hingga 20 persen, kita bersyukur bisa tumbuh hingga 47 persen,” tambahnya.
Arys menjelaskan, pertumbuhan yang dicapai Republika Penerbit itu didapat dari penjualan buku-buku best seller. Disebutkannya, penjualan OPTIMALKAN SEMUA PLATFORM PROMOSI buku-buku novel yang diterbitkan Republika Penerbit menyumbang angka hingga 60 persen, kemudian buku-buku agama sekitar 38-40 persen. Sisanya buku-buku anak,” ujar Arys. Arys yang juga Direktur Operasional PT Republika Media Mandiri (RMM) ini menambahkan, lini buku anak menyumbang angka yang tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan, Republika Penerbit baru terjun secara khusus ke lini buku anak pada awal tahun 2016. Padahal secara umum, kata dia, tiga besar untuk penjualan buku secara nasional disumbangkan oleh buku anak, buku agama, dan novel. “Semoga pada 2017 nanti, brand lini buku anak Republika Penerbit, yakni Alif Republika, bisa menyumbangkan lebih banyak lagi,” harapnya.
Beberapa buku novel yang menyumbangkan angka signifikan di tahun 2014/2015, antara lain “Rindu” yang sudah mengalami cetak ulang hingga 40 kali, lalu ada “Api Tauhid” yang saat ini sudah mengalami cetak hilang hingga 17 kali, lalu beberapa karya Tere Liye lainnya, seperti “Bidadari-Bidadari Surga”, “Hafalan Shalat Delisa”, “Moga Bunda Disayang Allah”, dan bukubuku agama, seperti karya Buya Hamka.
Ada pun untuk tahun 2015/2016, kata Arys, buku-buku terlaris di Republika antara lain “Pulang”, “Rindu”, “Ayat-Ayat Cinta 2”, “Api Tauhid”, dan “Tentang Kamu.” Sedangkan buku-buku agama antara lain, karya Buya Hamka seperti “Tasawuf Modern”, “Falsafah Hidup”, lalu ada karya Imam Al-Ghazali seperti “Ihya Ulumuddin”, kemudian ada “Situs-Situs dalam Al-Quran (jilid 1-3)”, “Kitab Al-Umm”, dan lainnya. “Khusus untuk novel “Tentang Kamu” sudah terjual lebih dari 65 ribu eksemplar dalam satu bulan,” jelas Arys.
Sinergi Mengapa Republika Penerbit bisa tumbuh disaat penerbit lain mengalami penurunan? Arys menjelaskan, pertumbuhan Republika Penerbit yang cukup positif ini dikarenakan adanya sinergi yang semakin baik dengan holding company dan grup Mahaka Media. “Sinergi dengan Harian Republika (koran), dengan Republika Online (ROL), media sosial, digital, dan lainnya. Selain dengan grup di holding company (Republika Group), juga dengan grup Mahaka Media, seperti Gen FM dan Jak FM (Radio), Jak TV, dan lain-lain,” ujarnya. Disebutkannya, gencarnya penjualan buku “Tentang Kamu” karya Tere Liye yang diterbitkan 27 Oktober 2016 dan berhasil membukukan angka penjualan sebesar 65 ribu eksemplar dalam satu bulan, dikarenakan kebersamaan grup dalam mempromosikan produk terebut. “Sedikitnya kita punya 8 juta followers di media sosial yang dimiliki grup dan holding. Ini sangat membantu sekali. Begitu juga dengan iklan di koran, radio, promo digital, pemasangan banner dan spanduk, serta iklan di LED, dan akun media sosial milik penulis yang secara bersamaan kita lakukan untuk mempromosikan produk
Intinya, semua platform yang kita miliki dioptimalkan,” kata mantan Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) Harian Republika ini. Selain promo, jelas Arys, pertumbuhan yang dicapai Republika Penerbit itu juga disebabkan karena konten atau isi dari buku yang diterbitkan memang bagus dan berkualitas, serta ditulis oleh penulis utama yang memiliki popularitas tinggi, seperti Tere Liye, Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy), Buya Hamka (almarhum), dan Imam alGhazali. Best Seller dan Box Office Arys menjelaskan, sejumlah novel yang diterbitkan Republika sukses mencapai penjualan tinggi. Dari beberapa novel-novel best seller tersebut, menarik minat para produser untuk memfilmkannya.
Tercatat, kata Arys, ada sekitar 10 novel best seller Republika Penerbit yang telah difilmkan dan disinetronkan. Antara lain, “Ayat-Ayat Cinta”, “Ketika Cinta Bertasbih 1”, “Ketika Cinta Bertasbih 2”, “Hafalan Shalat Delisa”, “Moga Bunda Disayang Allah”, “Bidadari-Bidadari Surga”, dan “Anak Kaki Gunung” (serial AnakAnak Mamak, “Pukat, Eliana, Burlian, Amelia”). Tak hanya sekadar film atau disinetronkan, lanjut Arys, novel tersebut terutama untuk “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) sukses terjual hampir 1 juta eksemplar. “Filmnya juga masuk box office karena mampu menarik lebih dari satu juta penonton,” terangnya. Khusus untuk “Ayat-Ayat Cinta”, kata Arys, selain sukses melalui bukunya, juga sukses di filmnya, sukses soundtrack lagunya, dan sukses ring back tone (RBT). “Bukunya sukses, filmnya sukses, pencipta lagunya sukses, penyanyi lagunya juga sukses, dan penulisnya juga sukses, serta provider telekomunikasinya pun turut sukses,” ungkapnya. Apakah semua novel best seller itu sukses seperti novel “Ayat-Ayat Cinta”? Ternyata, kata Arys, tidak semua novel itu sukses menjadi film. Ada yang mengikuti kesuksesan “Ayat-Ayat Cinta” seperti “Ketika Cinta Bertasbih 1-2” serta “BidadariBidadari Surga”.
Namun ada beberapa yang biasa-biasanya saja. Atau hanya sukses di novel dan film, tetapi tidak sempat masuk box office. Saat sukses menjadi film, apakah buku atau novel tersebut mampu menarik dan meningkatkan penjualan? Arys Hilman mengakui penjualannya hanya sedang-sedang saja. “Ada yang sangat sukses, tetapi ada pula yang biasa-biasa saja,” jelasnya. Ia menyebutkan, karya-karya yang best seller memiliki peluang besar untuk difilmkan. Namun demikian, kata dia, semuanya tetap kembali kepada produser. “Terkadang ada novel yang sangat best seller, namun tidak menarik minat produser untuk memfilmkannya. Bahkan ada yang sukses difilmkan, ternyata gagal dalam menarik minat penonton untuk datang ke bioskop menyaksikan film yang diangkat dari novel tersebut.” Go International Diakui oleh Arys Hilman, pencapaian yang berhasil dicapai Republika Penerbit di tahun 2016, tak lepas dari adanya sejumlah buku yang go international atau diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan penjualan atau pembelian rights (hak cipta). “Kita tidak bisa hanya mengandalkan penjualan dalam negeri, tetapi kita juga berupaya mengembangkan dan melakukan ekspansi dengan mendorong penjualan buku-buku terbaik Republika Penerbit ke mancanegara,” ujarnya. Arys menyebutkan, saat ini ada sejumlah buku Republika Penerbit yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti Inggris, Malaysia, Turki, Thailand, dan lainnya.
Baik buku-buku novel, buku-buku agama, maupun buku anak-anak. “Selain itu, kami juga mengambil atau membeli produk dari luar untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan kemudian mendistribusikannya ke dalam negeri,” ungkapnya. Arys mendorong seluruh penerbit untuk terjun ke dunia internasional. “Saat Frankfurt Book Fair (FBF), kita menjadi guest of honour (tamu kehormatan). Sejumlah negara di Asia iri dengan kita, karena berhasil menarik perhatian dengan menjadi tamu kehormatan pada acara Pameran Buku Frankfurt itu. Hal ini membuat sejumlah negara tertarik untuk datang ke Indonesia dan mencari buku-buku berkualitas yang sudah diterjemahkan ke bahasa asing, terutama Inggris. Tapi apa yang terjadi? Ternyata infrastruktur kita tidak siap. Bukubuku kita sedikit sekali yang sudah diterjemahkan. Akibatnya, mereka pun kecewa,” ungkapnya. Hal ini, lanjut Arys, harus jadi perhatian pemerintah dan juga Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) untuk sama-sama mendorong seluruh stakeholder bangsa ini, terutama penerbit, untuk menerjemahkan karya-karya penulis Indonesia agar bangsa ini lebih dikenal di dunia internasional. “Jangan membuat mereka makin kecewa karena tidak tahu kalau di Indonesia ini banyak penulis terkemuka yang karya-karya penuh inspirasi dan mengagumkan,” kata dia.